Diposting dengan versi original cess pleeeng :')
Selamat membacaaaaa ............
Cerita
ini ku buat untuk teman lamaku …..

Igo terus mengutak atik pensilnya di meja
sesekali ia mengacak-acak rambutnya. Memang harus mereka akui bahwa tak mudah
untuk menyelamatkan satu ekskul dari ambang kepunahan. Igo sang kepala suku
ekskul seni emang lagi uring-uringan karena ekskul tercintanya itu mau
dibubarin dewan sekolah.
Alasannya banyak. Mulai dari tak ada
prestasi, kurang peminat, sampai aliran band yang kadung di cap sesat sama
guru-guru di sekolah. Ya, memang, hanya satu band dari ekskul seni ini yang
menonjol, Gorilas. Soalnya udah amburadul, paling ngotot lagi. Hehe X>
Dari perdebatan sengit antara Igo dkk
dengan dewan sekolah. Akhirnya dewan sekolah ngasih waktu dua bulan untuk
pencapaian prestasi. Itu artinya, ekskul seni kudu nyumbangin piala, minimal
satu dalam dua bulan kedepan atau ekskul seni benar-benar bubar.
Sialnya, vokalis Gorilas, si Iwan
mengalami cedera tenggorokan. Bukan karena terlalu nge-rock pas latihan. Tapi karena keselek biji kedondong. Na`as
memang. Hiks!.
Padahal uda ngotot bin kepedean mau
ikutin festival band. Walaupun acaranya masih lama. Tapi Ini bukan sembarang
acara, jadi kudu pake persiapan yang mateng. Selain bergengsi, ini sekaligus
pembuktian kalu ekskul seni itu bukan ekskul ecek- ecek doang plus nyelamatin
ekskul tercintanya ini. Batin Igo.
Karena terlalu serius berpikir, akhirnya
Igo ketiduran. Tak sadar, iler Igo terus deras mengalir. Yaaks!
* * * * *
Haduh gue telat!! Kejar Igo memburu
waktu. Nambah pake ujan lagi . Nasib … nasib …. Gerutu Igo. Beruntunglah dia,
bel belum berbunyi, selidik punya selidik , ternyata kabel bel sekolah diputus
satu sama orang jahil (temen gue itu .. hehe) . Thank`s God!! Tank`s friends!!
Diambilnya langkah seribu menuju kelas.
Gubraks!! Igo menabrak seseorang. Mata Igo agaknya lagi burem coz kena air
ujan. Dan Igo terjatuh.
“Sori-sori
enggak sengaja.” Sembari Igo merapihkan seragamnya.
“Mata
dipake dong kalau jalan.” Kata perempuan itu ketus.
“Ia
kan gue dah
bilang , enggak sengaja.” Jawab Igo enggak kalah ketus, sembari ia merapihkan
bajunya.
Dipalingkannya wajah Igo yang dari tadi
memperhatikan seragamnya ke wajah perempuan judes itu. Dan Igo merasa kenal .
“Eh
elo…!!!!” Kata Igo kaget dengan penuh ekspresi.
Namun perempuan itu mukanya flat-flat aja. Benar- benar tanpa
ekspresi. Suasana panas bergejolak. Namun , akhirnya bel masuk yang melerai
mereka.
* * * * *
“Jar, katanya di kelas lo ada anak baru ia?” tanya
Onil pada Anjar.
“Ia
cewek , namanya Kamia. Napa
Nil? Naksir ia ? “ jawab Anjar usil.
“Humph
, sayang banget. Antrian yang ngebet sama
gue masih panjang. Kalo enggak .. gue jabanin dah . Hahaha.” Kata Onil
sok laku.
Anjar, Bagas terutama Igo rasanya pengen
muntah. Huf si anak tengil. Batin Igo dalam hati.
“Duh
,bro batas waktu kita hampir abis. Kita blum ketemu vokalis lagi.” Kata Igo
cemas.
“Oiya,
gue lupa . Ada
kabar gembira nih.” Celetuk Bagas.
“Apaan
tuch ?” Sahut yang lain.
“Gue
tadi dikabarin, kepala yayasan berbaek hati sama kita. Jadi, kita enggak usah
nyari vokalis lagi.” Kata Bagas.
“Maksudnya?”
Kata Onil telmi.
“Ia,
enggak ada maksud. Tapi ntu berarti, kita ada vokalis baru. Jadi kita enggak usah cape-cape nyari lagi.” Jelas
Bagas panjang lebar.
“Sip.
Siapa vokalisnya.” Tanya Igo semangat pada Bagas.
“Duh,
enggak tau tuh. Tapi katanya keponakan kepala yayasan. Namanya Mia apa yaa,
lupa gue.” Kata Bagas.
“Apaaa????”
Kata Igo setengah berteriak, membuat Anjar keselek bakwan.
* * * * *
Atas usul Kepala Yayasan , Kamia, si
musuh lama Igo akhirnya jadi vokalis. Itu juga terpaksa. Soalnya dapet
dispensasi waktu kalau Mia yang jadi vokalis. Yang paling parah, nama Gorilas
diganti Rainbow atas keputusan sepihak Mia dan enggak boleh diganggu gugat. Aliran
bandnya juga diubah. Jelas lah Igo dongkol bukan kepalang. Emang band gue
apaan??. Rock band kok Rainbow?? Skalian aja lo kasih nama Polkadot . Gerutu
Igo dalam hati.
Di halaman belakang rumahnya, Igo
mengenang masa-masa suram di SD. Gara-gara tuh anak gue diketawain satu sekolah.
Waktu SD Igo dan Mia adalah anak berprestasi
dan paling disayang oleh guru-guru di sekolah.
Igo dalam bermusik, Mia dalam olah raga. Dasar urat anak kecil , si Igo
enggak mau kalah sama si Mia yang walaupun cewek tapi cool abis. Terbesitlah
rencana jahil untuk mempermalukan Mia.
Standar siih , cuma jebakan lem aja. Lem
bening cap super lengket sudah disiapkan. Igo olesin di bangku Mia. Dan dari
sudut lain, Igo siap-siap tertawa sampai lemas. Namun takdir berkata lain, Mia
nggak masuk sekolah. Enggak tau kenapa.
Igo mengkeret manyun karena rencananya
gagal total. Tak diduga duga , Bu Fai nyuruh Igo duduk di bangku Mia. Dengan
alasan, dari tadi
si
Igo brisik banget , ngedumel sendiri lagi. Tak kuasa menolak perintah Bu Fai,
Igo akhirnya duduk. Saat Igo disuruh ngerjain soal ke depan kelas ….
Yah, begitulah senjata makan tuan. Celana
Igo lengket di kursi. Igo berusaha melepaskannya. Breeekk!. Ups , celana Igo
robek.
Keliatan
deh CDnya yang polkadot-polkadot kuning ntu…… wow! ☺.
Awalnya hanya satu kelas yang tau. Tapi
akhirnya, satu sekolah tau semua dan Igo jadi bahan tertawaan disekolah. Walaupun klasik, tetapi
tetap memalukan. Tak lama dari itu terdengar kabar Mia pindah ke Batam.
Lagi enak-enak Igo terhanyut dalam
lamunannya. Tiba-tiba benda asing mendarat di wajahnya. Dingin. Igo mengusap
wajahnya. Ia cium, untuk coba mengenali , benda apakah itu???. Dan Igo mulai
menyadari, Igo alihkan wajahnya ke ranting pohon. Ternyata ada burung tak tahu
diri bertengger di sana
. Sialan lo!! gue dapet ampas. Kata Igo mencaci maki burung tersebut.
* * * * * *
Latihan selalu tak berjalan mulus,
padahal tinggal beberapa minggu lagi. Igo tetap dengan egonya dalam menghadapi
Mia. Dan Mia enggak kalah sangar. Sampai …..
“Ah…
, bubar bubar!! .” Kata Igo stress.
Igo
meninggalkan ruang musik, yang menjadi markas mereka.
“Napa sih lo go!.” Kata
Anjar pada Igo, namun Igo terus berlalu. Tanpa diduga duga Mia mengejar langkah
Igo.
Mia menyaut tangan Igo. Langkah Igopun
terhenti.
“Ngapain
lo?.” Kata Igo ketus.
“Gue
juga najis mau ngejer-ngejer lo. Tapi dengerin gue dulu…”Kata Mia. “…Gue tau lo
enggak suka gue ada di band lo. Tapi coba lo lebih bijak, untuk mikirin band lo
dari pada urusan kita…” Lanjut Mia .
Dan Igo mengerutkan alisnya. Pertanda
IQnya enggak nyampe`. Alias Igo bingung banget dengan perkataan Mia yang sok
bijak .Menurut versi Igo, itu bukan Mia banget. Melihat reaksi tersebut, Mia
melanjutkan celotehannya.
“Kalau
enggak ada gue juga band sama ekskul tercinta lo dah bubar dari kemaren-kemaren
. Harusnya lo makasih sama gue yang udah bantu lo.”
Humphhh
.. kalo` ini Mia banget. Batin Igo.
“Anggep
aja ini sebagai permintaan maap gue. Karena kejadian celana polkadot lo dulu.
Walaupun itu sepenuhnya bukan salah gue. Tapi dari dulu gue enggak pernah ada
niat musuhan sama elo kok.” Terang Mia. Lalu gadis itu berlalu. Berjalan
menjauh dan menghilang di balik tikungan.
Igo hanya bengong. Ini detik-detik
berharga bagi Igo. Mengenang ternyata permusuhannya yang selama ini ia bangun,
akibat ketengilan-nya sendiri. Menyadari betapa egoisnya dia selama ini. Orang
yang selama ini ia anggap musuh, justru tak ada niat sama sekali untuk berbuat
jahat padanya. Banci banget sih gue!!! , maki Igo pada diri sendiri.
* * * * * *
Ternyata komunikasi memang obat paling
ampuh menyelesaikan permasalahan yang kaya` gini. Igo dan Mia pun kini akur.
Anjar, Bagas dan Onil pun lega, karena mereka sekarang pensiun jadi wasit
antara Igo
dengan
Mia. Saat mereka latihan di markas ,turun hujan.
Menambah
semaraknya suasana sekolah yang pada saat itu sudah mulai sepi. Seusai latihan
, hujan pun terhenti. Mia berjalan keluar dari markas. Dengan gerak refleks,
Igo mengikutinya. Dan terhenti di sebuah tempat, di atap sekolah yang tersembunyi.
Karena tertutupi rindangnya dedaunan yang menjulang tinggi.
“Igo,
lo nguntit gue ia.”
Kata Mia.
“aeh
aamp … enggak ah. Enak aja lo. Lagian ngapain lo ke ates loteng sendirian.”
Kata Igo salah tingkah. Lalu Mia terbatuk kecil. Mensapukan tisu ke mulutnya.
Kemudian menyembunyikannya.
“Elo
enggak pa-pa kan?”
tanya Igo pada Mia. Dan Mia menggeleng.
“Liat
geh.” Kata Mia mengalihkan pembicaraan , sembari menunjuk kilau warna yang
membentang di awan. Pelangi.
“Waw..,,
tenyata lo mellow juga yaa…” kata Igo tercengang.
“….
Hmph ,skarang gue baru tau, kenapalo kasih nama band kita Rainbow.” Kata Igo
menerka, dan dibalas senyuman manis Mia dan tanpa diduga hal itu membuat Igo
merinding terpesona di sekujur tubuh dan jantungnya berasa deg deg serrr.
Ternyata Mia manis juga ia. Pikir Igo sekejap.
“Kok
lo liatin gue gitu sih go.” Kata Mia setengah teriak, dan membuyarkan lamunan
Igo. Dan Igo hanya garuk-garuk kepala.
“Oh
iaaa… besok yang semangat ia …” kata Igo alihkan pembicaraan.
“Pasti.”
Kata Mia mantap.
* * * * * *
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba.
Parhelatan band pelajar SMU terbesar dimulai. Igo, Mia, Onil, Anjar, Bagas
semua pada deg deg serr. Pokoknya harus sukses. Ambisi Igo berkobar-kobar.
Setelah menuggu lama, akhirnya giliran
mereka tampil. Mia meniup-niup tangannya yang dingin.
“Gas,
gue nervous banget nih. Tangan gue dingin” Kata Mia pada Bagas sembari meraih
tangan Bagas yang ada di sebelahnya , untuk membuktikan betapa nervousnya dia.
Tapi ternyata bukan tangan Bagas yang diraihnya, melainkan tangan Igo . Mia dan
Igo pun kaget. Lalu menghempaskan tangan mereka. Tanpa teman-teman yang lain
sadari, muka mereka berdua memerah.Upss!!
Rainbow tampil dengan memukau. Suporter
mereka pun bejubun memadati atribun. Dan yang bikin terharu, murid-murid
sekolah mereka rame banget yang dateng ,terlebih dengan hadirnya Dewan Sekolah,
Guru-guru dan Stafnya. Memberi spirit tersendiri buat Rainbow, khususnya Igo.
Suara Mia yang keren abis diiringi Igo, Anjar, Onil dan Bagas serta riuh
penonton membuat suasana malam itu benar-benar hidup.
Acara
berakhir menyenangkan.
Rainbow meraih
juara. Igo dkk terharu banget, karena ini berarti
ekskul seni enggak jadi di bubarin . Justru bisa lebih berkembang. Igo melirik
Mia, tanpa ragu ia peluk dengan rasa haru. Thank`s Mia. Kata Igo dalam hati.
* * * * *
Mia membuka pintu kamarnya. Merebahkan
tubuhnya di springbad empuk. Mia senang atas keberhasilan Rainbow, walaupun tak
seutuhnya. Mungkin ini kebersamaannya yang terakhir dengan teman-temannya terutama
Igo ,pikir Mia .
Tiba-tiba hidung Mia mengeluarkan darah. Ada tekanan hebat di
sekujur tubuh Mia. Hatinya serasa terkoyak. Batuk kecilnyapun mengeluarkan
darah terus menerus. Mia mencoba menggapai kotak obatnya. Namun tak tergapai.
Mia tak kuat lagi. Ia terjatuh.
Ya Allah, apa ini sudah benar-benar
waktuku. Tolong beri aku kesempatan menyatakan hal yang selama ini aku pendam
untuk pertama dan terakhir.
Pinta Mia dalam hati.
Badannya
terus melemah. Tertutuplah matanya. Kini ia tak sadarkan diri.
* * * * *
Hujan membasahi halaman sekolah.
“
go`, gue duluan ia …” kata Bagas kepada Igo.
“
Yoa .. ’’ balas Igo.
“good
luck yaa ..” sahut Onil sembari menepuk pundak Igo.
“oke
, thank`s ” kata Igo singkat.
Mana sih Mia. Cabut kemana tuh anak. Pikir
Igo dalam hati. Hari ini Igo sungguh mantap akan mengutarakan isi hatinya
kepada Mia. Eee… Mianya malah enggak masuk sekolah.
Saat melewati lorong sekolah, Igo lupa
kalau tadi gitar keramatnya , masih di markas. Igo putar balik haluannya menuju
markas. Huh sial!!
* * * * *
Hujan kini menipis menjadi rintik
gerimis. Pelangi mulai muncul seolah-olah dari dasar bumi. Tak sengaja, dari
arah seberang gedung Igo melihat sosok elok yang tak asing lagi baginya. Mia.
Dihampirinya Mia yang sedang duduk menatap pelangi dibawah rintik gerimis yang
tipis.
“Mia,
napa lo tadi enggak masuk sekolah?” sapa Igo ringan.
“Enggak
pa-pa kok” jawab Mia singkat.
Mia senderkan tubuhnya yang lemah di
pundak Igo yang tegap. Igo deg-degan.
“Mia
tangan lo kenapa? kayak bekas di Inpus” sahut Igo polos.
“Iaa
, gue baru kabur dari rumah sakit” jawab Mia enteng.
“Hahai
, orang keker kayak lo kok bisa sakit” canda Igo. Mia mencubit perut Igo.
Mereka tertawa kecil.
“Go, pertama kali lo ketemu gue, apa yang lo
pikirin tentang gue?” ucap Mia lirih diiringi batuk kecil. Mencoba
menyambunyikan darah yang menetes dari mulutnya di balik saputangan biru.
“Mia,
lo enggak pa-pa?” Igo coba melihat wajah Mia, namun Mia mengisyaratkan jangan.
“Hmmm…pertama
kali gue liat lo..., lo itu keras kepala, tengil banget dah pokoknya. Sempet
gue kira elo enggak doyan cowok , hehe” lanjut Igo.
“Huff..
gue masih normal lagi go…” ucap Mia tipis.
“…
gue doyan cowok kok” lanjut Mia.
Entah mengapa hati Igo menyatakan, ia
sangat berharap bahwa laki-laki yang Mia maksud adalah dia.
Seketika suasana hening . Kala itu Igo
dan Mia membisu, menikmati pelangi dibawah rintik hujan kecil berdua. Hanya
berdua.
“Go,
gue pengen ngomong sesuatu sama elo. Mungkin ini kesempatan terakhir gue” tanpa
disadari Igo, wajah Mia memucat.
“Emang
lo mau ngomong paan Mia?”.
Mia makin eratkan badannya ke pundak Igo.
Dibisikkannya kata yang mungkin akan terpatri erat di dalam hidup Igo.
“Sebenernya
dari dulu gue suka sama elo Go.” Mia tandaskan perkataanya dengan mantap di
akhir lembaran waktunya. Di sisi lain Igo merasa senang mendengar perkataan Mia
, karena ternyata cintanya berbalas.
Keinginan Mia untuk menikmati pelangi
bersama cinta pertamanya terwujud sudah. Kini Mia mulai meniti pelangi ke suatu
tempat jauh di ujung sana,
di dalam tidur panjangnya yang tak berujung.
“Jujur
Mia, sebenarnya gue juga suka sama elo dari kita SD, walaupun lo tengil and
ngeselin . Tapi kesempatan buat sama elo sulit banget ….”
Igo mulai nyerocos panjang lebar menceritakan
perjuangannya menjaga hati untuk Mia. Namun kata-kata itu mungkin tak kan pernah sampai lagi
di telinga Mia.
Menyadari Mia tak merespon, dan dekapan
Mia semakin mengendur. Igopun mencoba menegur Mia.
“Mia….
“ panggil Igo lembut, namun Mia tetap membisu.
“Mia
.. Mia ..” tetap tak ada respon.
“Mia
…. “ sembari Igo menggoyangkan tubuh Mia yang menyender di pundaknya, mencoba
mendapati respon.
Namun Mia hanya jatuh terkulai lemas di
pengkuan Igo. Igo sungguh kaget bukan kepalang. Direnggutnya tangan Mia yang
hangat walau gerimis menerpa. Direngkuhnya badan Mia yang tak bersuara. Igo
tertunduk lesu. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Teriakan kehilanganpun
di gemakannya. Pelangi kala itu sungguh menjadi kelabu. Tak ada kilat, namun
Igo terasa tersambar petir dahsyat. Di atas pangkuan Igo, Mia pergi untuk
slama-lamanya.
Walaupun tak kan dapat bersama, semua warna kenangan
bersama Mia tetap akan tersimpan bagai pelangi di hati Igo, dan tak akan
terganti.
Karya: Siti Rachmadhani
Kelas: XI.IPA.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar